Assalamu'alaykum
Cerita ke Bromo ini adalah lanjutan cerita jalan jalan kami di liburan Lebaran 1436 kemarin. Setelah dari wisata Gunung Kelud, putra kami yg besar Nadhif tiba2 nyelutuk habis dari Kelud ayok langsung ke Bromo. Tentu saja tadinya saya kira gak mungkin kalau harus saat itu karena kalau ke Bromo harus ada persiapan yg matang. Dari Tangsel kami sama sekali tidak merencanakan ke Bromo sehingga perlengkapan baju dingin dan teman2 nya tidak kami bawa sama sekali begitupun gendongan ranselnya si Adek, krn agak tdk biasa kalau memakai stroller di alam seperti Bromo. Walaupun adek sdh cukup besar 2,5 thn tetapi untuk anak batita ikut perjalanan dan adventure dinihari hingga pagi menjelangg siang tentunya yg momong harus siap fisik.
Dari Malang pulang ke Sidoarjo saya kira rencana itu tinggal rencana saja, tetapi tiba2 sama pak suami direalisasikan. Akhirnya mendadak kami harus membeli semua perlengkapan untuk ke Bromo daripada beli disana mending sdh disiapkan dr Sidoarjo. Untungnya disekitar kawasan perumahan orangtua saya ada beberapa yg menjual perlengkapan untuk pengendara motor seperti kupluk, syal, saputangan utk tutup hidung mulut dan sarung tangan. Sedangkan jaket2 suami saya minjam dari adeknya. Mendadak juga kami harus menghubungi pak supir lepasan yg biasa disewa orangtua saya beberapa jam sebelum kami berangkat, karena suami saya perlu jaga kondisi karena kami membawa bocil Naafi batita krn ini adventure nonstop melekan/terjaga dr dinihari hingga siang besoknya sehingga perlu tidur dulu beberapa jam selama perjalanan. Alhamdulillahnya pak supirnya ternyata sanggup malam itu mengantarkan kami, biarpun beberapa jam sebelumnya ia juga barusan pulang dr Bromo mengantarkan turis lokal. Paling gak selama disana ia menunggu kami sampai selesai touring di Bromo ia bs tidur dulu.
Rombongan yg berangkat semuanya 6 orang, bapak ibu dan kami sekeluarga. Tadinya agak kuatir mengajak orangtua kami melihat alam Bromo untuk yg kondisinya sepuh, ternyata beliau2 semangat utk ikut akhirnya Bismillah saja. Perjalanan melalui Pasuruan naik kearah Tosari sebagai titik kumpulnya dan kami sdh janjian by phone dgn driver jeep yg akan mengguide kami disana. Ini adalah perjalanan kedua saya ke Bromo setelah sekian lama yg lalu dan pertama kalinya utk orangtua dan anak2 kami. Jalan yg berkelak kelok dan menanjak cukup membuat saya pusing dan mual. Kata pak driver yg sdh sering ke Bromo untuk mengantarkan rombongan turis, jalan melalui Pasuruan - Tosari msh lebih mending dan enak dibanding yg melalui Probolinggo, tidak terlalu tajam kelokannya dan kanan kirinya juga bukan jurang :)
Kami sampai di Tosari sekitar jam 02.00 dinihari, istirahat sebentar sekalian nyetor kekamar kecil. Ketemu driver jeepnya, jam 02.30 serentak rombongan jeep jeep di Tosari mulai berangkat menuju Pananjakan, titik tertinggi dari rangkaian kaldera Tengger untuk melihat sunrise. Disuatu perempatan ketemu rombongan jeep2 yg dari Cemoro Lawang...setelah itu perjalanan seperti touring Jeep Hardtop, iring2an melalui jalan kecil yg menanjak dan berkelok kelok tajam memecah kesunyian malam di Bromo. Karena sdh penuh para wisatawan yg berkumpul di Pananjakan yg berakibat penuhnya juga jeep2 yg parkir, akhirnya kami diturunkan kira2 800 meter dr tangga naik ke Pananjakan. Disitu sdh berkerumun ojek2 yg menawarkan mengantar kami keatas. Agak bingung saya waktu itu krn banyaknya ojek yg mendesak kami utk memakai ojek. Kalau jalan kaki, kasihan untuk kondisi orangtua kami dimana jalannya naik menanjak, akhirnya kami menyewa ojek masing2 ojek diisi oleh 2 orang. Saya dengan bapak saya, Nadhif dgn ibu saya, pak suami dgn si bocil Naafi. Setelah diturunkan juga msh harus jalan naik lagi yg akhirnya menyebabkan ibu saya kondisinya sangat capek tersengal sengal ditambah udara yg sangat dingin dan menusuk badan. Akhirnya disepakati ibu dan bapak saya tidak naik lagi utk melihat sunrise, beliau menunggu diwarung bawah saja sambil menunggu kami selesai melihat sunrise.
Ternyata dilokasi posko pandangnya sudah berkerumun orang2 yg sudah siap diposisi masing2 dan saya bukan termasuk yg suka dusel2an atau desak2an kayak gitu jd tidak memaksa. Melihat itu cukup membuat Nadhif sangat bete krn dia sdh hopeless tdk mendapat tempat. Dibantu bapaknya untuk naik keatas, Nadhif akhirnya bisa mendapat posisi yg strategis, sedangkan bapaknya turun lagi tidak ikut bergerombol diatas.
Kalau mau sholat Shubuh ada saung kecil disitu...krn kecil dan banyaknya orang jd harus bergantian utk sholat. Untuk memakai air entah itu untuk wudhu, cuci tangan atau kekamar mandi kita bayar 2 ribu.
Setelah memasuki waktu Fajar yg ditunggu akhirnya mulai memunculkan diri secara perlahan lahan namun indah...Masha Alloh
Kami sampai di Tosari sekitar jam 02.00 dinihari, istirahat sebentar sekalian nyetor kekamar kecil. Ketemu driver jeepnya, jam 02.30 serentak rombongan jeep jeep di Tosari mulai berangkat menuju Pananjakan, titik tertinggi dari rangkaian kaldera Tengger untuk melihat sunrise. Disuatu perempatan ketemu rombongan jeep2 yg dari Cemoro Lawang...setelah itu perjalanan seperti touring Jeep Hardtop, iring2an melalui jalan kecil yg menanjak dan berkelok kelok tajam memecah kesunyian malam di Bromo. Karena sdh penuh para wisatawan yg berkumpul di Pananjakan yg berakibat penuhnya juga jeep2 yg parkir, akhirnya kami diturunkan kira2 800 meter dr tangga naik ke Pananjakan. Disitu sdh berkerumun ojek2 yg menawarkan mengantar kami keatas. Agak bingung saya waktu itu krn banyaknya ojek yg mendesak kami utk memakai ojek. Kalau jalan kaki, kasihan untuk kondisi orangtua kami dimana jalannya naik menanjak, akhirnya kami menyewa ojek masing2 ojek diisi oleh 2 orang. Saya dengan bapak saya, Nadhif dgn ibu saya, pak suami dgn si bocil Naafi. Setelah diturunkan juga msh harus jalan naik lagi yg akhirnya menyebabkan ibu saya kondisinya sangat capek tersengal sengal ditambah udara yg sangat dingin dan menusuk badan. Akhirnya disepakati ibu dan bapak saya tidak naik lagi utk melihat sunrise, beliau menunggu diwarung bawah saja sambil menunggu kami selesai melihat sunrise.
Sambil menunggu Eyang menikmati Pop Mie dan Sate Kentang |
Ternyata dilokasi posko pandangnya sudah berkerumun orang2 yg sudah siap diposisi masing2 dan saya bukan termasuk yg suka dusel2an atau desak2an kayak gitu jd tidak memaksa. Melihat itu cukup membuat Nadhif sangat bete krn dia sdh hopeless tdk mendapat tempat. Dibantu bapaknya untuk naik keatas, Nadhif akhirnya bisa mendapat posisi yg strategis, sedangkan bapaknya turun lagi tidak ikut bergerombol diatas.
posisi wenaknya Nadhif |
Kalau mau sholat Shubuh ada saung kecil disitu...krn kecil dan banyaknya orang jd harus bergantian utk sholat. Untuk memakai air entah itu untuk wudhu, cuci tangan atau kekamar mandi kita bayar 2 ribu.
Setelah memasuki waktu Fajar yg ditunggu akhirnya mulai memunculkan diri secara perlahan lahan namun indah...Masha Alloh
Taken by Nadhif |